Senin, 15 Februari 2016

Tugas Analisis Novel - Berselimut Surban Cinta

RESENSI NOVEL
BERSELIMUT SURBAN CINTA

Judul Buku            : Berselimut Surban Cinta
Identitas Buku
Karya            : Irwanto Al - Krienciehie
Angkatan        : Angkatan 2000
Cetakan        : Cetakan I, Maret 2008
Penerbit        : Diva Press, Jogjakarta
Tebal Buku        : 331 halaman

Sinopsis
Suatu pagi di danau kerinci seorang wanita sedang  melamun. Ia bernama bening. Bening merupakan mahasiswi di kampus STAIN Kerinci semester enam jurusan Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam. Ia mempunyai sahabat bernama Fitrah dan Ica. Mereka sama-sama aktif sebagai aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Suatu hari Fitrah duduk di bawah pondok kampus sambil membaca buku tetapi kemudian ia sangat tergesa-gesa masuk kelasnya sehingga bukunya tertinggal di sana.
Ketika ia pulang kuliah, ia melihat ke tempat dimana tadi ia membaca buku, ternyata terlihat seorang laki-laki sedang membaca buku. Lalu ia teringat bahwa buku yang tertinggal tadi pasti masih berada di sana. Laki-laki itu pergi meninggalkan pondok, lalu Fitrah menuju ke tempat tersebut dan menemukan secarik kertas bertuliskan “Maafkan aku yang membaca buku catatanmu (dari seseorang)”.
Pagi hari yang cerah Fitrah pergi ke sebuah bukit bernama bukit Bukit Khayangan. Ia ingin menikmati indahnya alam Kerinci dari bukit tersebut. Sesampainya di sana ia terkejut karena ada wanita yang jatuh pingsan. Ternyata wanita tersebut adalah Bening, yang tidak lain adalah teman kampusnya. Seorang bapak menolong dan membawanya ke rumah sakit terdekat, bapak tersebut bernama Pak Azis.

Kelebihan Novel
Novel ini dapat disebut sebagai novl psikologi, novel budaya, novel spiritual sekaligus novel politik. Novel ini sangat inspiratif dan imajinatif, baik dari alur maupun karakter tokoh yang dimunculkan. Ya sangat ‘gurih’, ‘renyah’ dan enak kapan pun kita mau membacanya. Salut! Halaman 9.

Kekurangan Novel
Tapi ia membebaskan tokohnya mengembangkan emosional dalam kultur keislaman, kemodernan, keindonesiaan, sehingga seakan-akan tokoh tidak memperdulikan nilai-nilai simbolistik, tapi lebih menonjolkan nilai substantif. Halaman 7-8.
Jenis Bahasa
Bahasa Arab    : “Ana mau ke bukit Khayangan semoga pikiran ana teredasi dan hati tercerahi dengan melihat karunia Allah yang begitu luas. Dan, esok ana tenang mengikuti ujian semester. Oke? Ana pergi dulu ya?” Halaman 38.
Bahasa Asing    : “Bunga Intan bunga kudarek/Tigo-tigo bunga melati/kami itam kami jaek/sapo mbuh kasih kami.” Halaman 77.


UNSUR INSTRISIK NOVEL

Tema
    Tema dalam novel Berselimut Surban Cinta ini lebih condong pada asmara atau percintaan. “Lazuardi tambah bimbang dan bingung dibuatnya. Lazuardi tak habis pikir mengapa Bening menyatakan persoalan luapan hatinya.” Halaman 151.

Tokoh dan Penokohan
Lazuardi (Pendendam)
“Aku tak sudi lagi melihat dirimu hadir di sini. Karena kekecewaan sudah menyelimuti relung kalbuku. Apalagi yang ku harapkan dari dirimu yang munafik, sok alim, sok suci dan sok bersih.” Lazuardi mencoret sebuah foto di bukunya. Halaman 49.

Defri (Pemalu)
“Defri tertunduk malu, lalu ia menarik nafas panjang. Ia berusaha memberanikan diri minta tolong kepada lazuardi untuk menyelesaikan masalahnya.” Halaman 107.
Mamak (Suka menolong)
“Iya, tadi di bukit Khayangan ada seorang wanita yang pingsan dan dengan senang hati Mamak membantunya, lalu Mamak membawanya ke Rumah Sakit DKT.” Halaman 43.
Ihsan (Sopan, tegas)
“Di, antum datang saja, mana tahu di sana antum daat menambah wawasan keislaman. Ingat Di! Islam itu bukan simbolistik dari kopiah, surban, koko dan ‘aksesori’ yang agak islami lainnya. Tetapi Islam itu adalah substantif dan transformatif, yaitu sikap ramah, jujur, disiplin, taat beribadah dan suka beramal shalih.”  Halaman 54.
Ica (Gaul)
“Ica, yang nama panjangnya adalah Alisya Fitriani adalah cewek yang sangat terkenal di kalangan aktivis LDK. Ia sering disebut dengan akhwat gaul, karena ia selalu menggunakan bahasa gaul dalam bicaranya. Walau pun ia berjilbab panjang.” Halaman 64.
Pak Aziz (Pemarah)
“Jawab...! Atau kamu ku bunuh.” Pak Aziz kian marah. Halaman 103.
Bening (Ikhlas)
“Fitrah terharu melihat sikap Bening yang ikhlas menyumbangkan darahnya untuk lazuardi.” Halaman 322.
Fitrah (Baik)
“Fitrah, itulah nama gadis yang setiap pagi bila ia pulang kampung selalu melepaskan pandangannya ke gunung kerinci dan lautan padang teh di kecamatan Kayu Aro.” Halaman 28.
Depati Mangku Bumi (Berwibawa)
“Terlepas siapa yang benar dan salah, selaku Mamak selayaknyalah Pak Aziz membuat tenang, aman dan damainya rumah ini selain sebagai Mamak. Pak Aziz juga anak jantan Ibu Hartini.” Depati Mangku Bumi bicara penuh wibawa. Halaman 97.

Alur
    Seperti beberapa novel yang lainnya, novel Berselimut Surban Cinta ini menggunakan alur campuran, yakni terdapat alur maju dan alur mundur. Akan tetapi yang menjadi catatan di sini alur maju lebih dominan dalam alur cerita, ini karena alur maju hanya sedikit terdapat dalam cerita ini, alur mudur merupakan flashback yang bertujuan untuk menggugah memori sebagai pengingat tentang beberapa hal yang pernah dialami oleh beberapa tokoh.

Latar
Latar Tempat
Di rumah
“Sampai di rumah. Ibu Hartini sibuk mempersiapkan barang dagangannya yang akan dijual besok.” Halaman 186.
Di Masjid
“Bening menuju ruang wudhu bersama para aktivis muslimah lainnya.” Halaman 148.
Di tepi pantai
“Lazuardi menawarkan kepada Bening untuk bincang-bincang di tepi pantai.” Halaman 149.
Di dapur
“Ibu Hartini menghidangkan makanan yang dibelinya di pasar untuk Lazuardi dan Defri.” Halaman 108.
Di perjalanan
“Dalam perjalanan, orang itu berjumpa lagi dengan iblis.” Halaman 112.
Di kost
“Sampai di rumah kost, Lazuardi merasa gelisah, karena ia telah menyatakan persetujuan untuk menikah dengan Fitrah.” Halaman 120.
Di tempat tidur
“Lazuardi bangkit dari tempat tidurnya membuka pintu”. Halaman 132.
Bukit Khayangan
“Bening mempersiapkan pembekalan untuk dibawanya ke bukit Khayangan.” Halaman 37.
Terminal
“Sampai di terminal, Lazuardi membeli pembekalan berupa makanan untuk dinikmatinya nanti Pancoran Rayo.” Halaman 50.



Latar Waktu
Ahad
“Fitrah melepaskan pandangannya ke danau nan luas.” Halaman 67.
Senin siang
“Pukul 12.00 siang, dimana bayang-bayang sedang sejajar dengan badan.” Halaman 105.
Adzan Zhuhur
“Ya, sekarang kita shalat zhuhur dulu. Setelah shalat insya Allah aku akan ke rumah Mamak untuk menyampaikan hal yang kamu sampaikan tadi.” Halaman 115.
Pagi yang cerah
“Lazuardi merasa hari ini akan menjadi hari yang baik baginya,” Halaman 137.
Ahad pagi yang cerah
“Pada hari libur, banyak orang mengunjungi obyek wisata, sehingga kota padang ramai sekali.” Halaman 147.
Adzan Zhuhur
“Kalau begitu, kita shalat zhuhur dulu ya.” Ajak Fitrah. Halaman 198.
Latar Suasana
Cemas
“Dok, bagaimana kondisinya?”. Tanya Pak Aziz. Halaman 42.
Sunyi dan Sepi
“Dalam keheningan malam yang sunyi sepi, Lazuardi berwudhu melaksanakan shalat Tahajjud.” Halaman 54.
Sedih
“Ana tidak menyangka, bahwa selain ana, Lazuardi juga menerima cinta orang lain yaitu antum, Bening.” Halaman 203.
Sedih
“Sabar, Bening... kita semua mencintai Pak Lazuardi. Tapi kehendak Allah di atas segalanya.” Halaman 326.
 
Sudut Pandang
    Menggunakan sudut pandang orang ketiga  sebagai tokohnya yakni dengan menyebut tokoh utama yang bernama Lazuardi ketika sedang bercerita.” Halaman 109-110.

Gaya Bahasa
    Ada beberapa kalimat yang menggunakan bahasa asing. Halaman : 38, 77, 82, 88, 94, 96, 183, 217.

Amanat
    Di dalam perjalanan hidup kita sendirilah yang menentukan baik buruknya masa depan kita. Janganlah engkau sandarkan atau bergantung pada karena hanya satu tempat bersandar dan bergantung. Yakni Allah SWT.